Jumat, 01 Januari 2016

JUM'AT KLIWON (MALAM TAHUN BARU 2016)

MUJAHADAH ASMAUL HUSNA NURUL BURHAN

         Pada tanggal 31 Desember 2015, ketika itu pukul 20.30 WIB. Santri-santri Asmaul Husna beserta simpatisan sedang melakukan mujahadah. adapun yang dibaca adalah mujahadah yang bersumber dari Syeikh Ahmad Burhanuddin (Godong, Demak). Mujadah dilakukan sangat khusyuk, karena di ikuti langsung oleh pamong Asmaul Husna Nurul Burhan.
          Selesai pembacaan mujadah, dilanjutkan dengan pembacaan Sinar Fatih (Ayat kursi, Sholawat Nariah, Al-Fatihah) dilanjutkan istirahat dan makan-makan. selesai istirahat pamong Asmaul Husna Nurul Burhan yaitu Kiai H. Muhammad Khafid memberikan kesempatan untur bertanya terkait dengan ijazah, atau pun pemecahan solusi suatu masalah.
          Ketika acara sudah dimulai, yang pertama mengajukan pertanyaan adalah Bapak Khambali Sholikul Hadi, pertanyaan yang dilontarkannya adalah "bagaimana cara mengatasi masalah tanpa masalah"? jawaban dari sang pamong singkatnya adalah IKHLAS. penanya kedua yaitu Bapak Khusnan melontarkan pertanyaan " bagaimana supaya anak-anak kita menjadi anak yang penurut, dan sholeh"?. sang Pamong menjawab ada beberapa ijazah salah satunya dari Syeikh Abdurrahman bin Ahmad Badawi (Mranggen) yaitu dengan dibacakannya surat Al-Qadr sebanyak 1000X (boleh dibaca secara bertahap). atau dibacakan do'a-doa yang ada didalam Al-Qur'an: Surat Al-Anbiya' 89.
          Setelah ada dua orang penanya akhirnya penulis mencoba bertanya kepada sang Guru, penulis bertanya dengan bahasa yang sederhana, "Bahwa saya tidak akan meminta ijazah, ataupun menyampaikan masalah untuk diberikan pemecahan solusi, akan tetapi saya ingin mendengarkan cerita pengalaman sang Pamong dalam berguru dengan beberapa guru, akan tetapi minta yang nantinya akan diceritakan adalah suatu pengalaman yang sampai saat ini masih teringat dan berkesan". sang pamongpun tersenyum dan berkata : sebelum saya bercerita saya ingin memberikan ijazah ALLAAHUMMA AKRIMNAA BISYUR'ATIL FAHMI, setelah itu sang pamong mulai bercerita dia menyatakan bahwa pertama kali guru yang mengukir saya adalah guru Asmaul Husna yaitu Bang Ali Efendi Semarang (Guru Besar Budhi Suci), beliau telah mengajarkan saya tentang makna ke-Ikhlas-an. Dalam menolong seseorang tidak boleh mengharapkan imbalan atau menerima (amplop), sang pamong bercerita dengan paras muka yang mengekspresikan kerinduan yang mendalam, saya sering tidur dirumahnya, merokok bersama dll. secara terlintas tiba-tiba sang pamong teringat dengan ijazah tentang Rizky, yaitu membaca surat Yasin 1x yang didalamnya ada 7 kali berdo'a dan pelaksanaannya dibaca setelah Sholat hajat selama 41 hari. dengan ketentuan ayat pertama يٰس  diulang 16x lalu berdo'a, selanjutnya setelah sampai ayat سلم قولا مّن رّبّ رّحيم (berdo'a) diulang sampai 3x, berarti dalam ayat tersebut ada 3 x berdo'a dan setalah itu sesampai ayat  إنّما أمره إذآ أراد شيئا أن يقول له كن فيكون  (berdo'a) diulang 3 x. berarti lengkap dalam 1x membaca surat yasin kita berdoa sebanyak 7x. Setelah berguru di Bang Ali Efendi, dilanjutkan berguru dengan Syeikh Abdur Rahman bin Ahmad Badawi. selama berguru disana sang pamong di izinkan berguru lagi dengan Syaikh Ahmad Burhanudin. ketika berguru dengan Mbah Burhantidak banya ijazah yang diterimanya. ada beberapa ijazah salah satunya adalah hizib Zaman, dan yang dirasa paling suli yaitu disuruh mengamalkan لاحول ولا قوة الا باالله العلي العظيم. inilah sekilah tentang kenangan malam tahun baru bersama sang Pamong Asmaul Husna Nurul Burhan Demak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar